Akidah Kokoh, Jiwa Tenang: Penguatan Tauhid dalam Kurikulum Pesantren

Di tengah derasnya arus informasi dan tantangan zaman, pesantren memegang peranan krusial dalam membentuk pribadi muslim yang memiliki akidah kokoh, yang pada gilirannya akan melahirkan jiwa tenang. Penguatan tauhid, yaitu keyakinan akan keesaan Allah SWT, adalah inti dari kurikulum pesantren. Dengan menanamkan pondasi tauhid yang kuat, pesantren berupaya menciptakan generasi yang tidak mudah goyah oleh keraguan dan memiliki jiwa tenang dalam menghadapi setiap cobaan hidup. Fokus pada tauhid menjadi pilar utama untuk mencapai jiwa tenang dan spiritualitas yang mendalam.

Pembelajaran tauhid di pesantren tidak hanya sekadar hafalan dalil, tetapi sebuah proses sistematis yang dimulai dari tingkat dasar hingga pembahasan yang lebih mendalam. Santri diperkenalkan dengan konsep-ketuhanan yang benar, sifat-sifat Allah, serta hal-hal yang berkaitan dengan keimanan. Kitab-kitab klasik seperti Aqidatul Awam atau Sanusiyah sering menjadi rujukan awal. Kitab-kitab ini ditulis dengan bahasa yang ringkas namun padat makna, memudahkan santri dalam memahami dasar-dasar akidah yang shahih.

Para kiai dan ustaz mengajarkan tauhid dengan metode yang persuasif dan mendalam, seringkali melalui diskusi (halaqah) dan tanya jawab. Mereka menekankan bahwa pemahaman tauhid yang benar akan menumbuhkan rasa syukur, sabar, dan tawakal kepada Allah. Ketika seorang santri memahami bahwa segala sesuatu berasal dari Allah dan kembali kepada-Nya, maka jiwa tenang akan muncul, karena ia tahu bahwa segala takdir adalah yang terbaik dari Sang Pencipta. Hal ini juga membantu santri menghadapi ujian hidup dengan optimisme dan keyakinan. Pada sebuah pertemuan wali santri di Pesantren Al-Hidayah pada 25 Juni 2025, Bapak Kyai H. Umar Faruq menyampaikan, “Pondasi tauhid yang kuat adalah benteng dari segala kegelisahan duniawi, menghadirkan ketenangan hati yang tak tergoyahkan.”

Lebih lanjut, penguatan tauhid di pesantren juga berfokus pada penghindaran syirik (menyekutukan Allah) dalam segala bentuknya, baik syirik akbar maupun syirik asghar. Santri diajarkan untuk hanya bergantung pada Allah, tidak percaya takhayul, dan menjauhi praktik-praktik yang bertentangan dengan ajaran tauhid murni. Pemahaman ini melahirkan pribadi yang teguh pendirian, tidak mudah terpengaruh oleh hal-hal yang menyesatkan, dan selalu berpegang teguh pada kebenaran. Ini juga tercermin dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler di pesantren, seperti pengajian umum setiap malam Jumat, di mana kajian tauhid selalu menjadi menu utama.

Dengan kurikulum yang mengedepankan penguatan tauhid, pesantren berhasil mencetak generasi yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki akidah yang kokoh dan jiwa tenang. Mereka menjadi pribadi yang beriman, berakhlak mulia, dan siap menghadapi tantangan zaman dengan bekal keyakinan yang tak tergoyahkan.