Arti Minal Aidin Wal Faizin: Bukan Mohon Maaf Lahir Batin

Ucapan “Minal Aidin Wal Faizin” adalah frasa yang sangat akrab di telinga umat Muslim Indonesia setiap Idul Fitri. Seringkali, ucapan ini diikuti dengan “Mohon maaf lahir dan batin”, sehingga banyak yang keliru memahami bahwa Minal Aidin Wal Faizin itu sendiri berarti permohonan maaf. Padahal, secara bahasa dan makna, frasa ini memiliki arti yang jauh berbeda dan lebih mendalam.

Secara harfiah, “Minal Aidin” berasal dari kata “aidin” yang berarti orang-orang yang kembali. Kembali di sini merujuk pada kembali ke fitrah, kesucian, atau kebaikan. Sementara itu, “Wal Faizin” berasal dari kata “faizin” yang berarti orang-orang yang menang. Kemenangan ini adalah kemenangan melawan hawa nafsu selama Ramadan dan kemenangan dalam meraih ampunan Allah SWT.

Jadi, ketika seseorang mengucapkan “Minal Aidin Wal Faizin”, sejatinya ia sedang mendoakan atau mengucapkan selamat kepada kita, “Semoga kita semua termasuk orang-orang yang kembali (ke fitrah) dan menjadi orang-orang yang menang (meraih keberkahan Idul Fitri).” Ini adalah ucapan yang penuh dengan harapan dan doa baik, bukan permohonan maaf.

Kebiasaan menggabungkan “Minal Aidin Wal Faizin” dengan “Mohon maaf lahir dan batin” di Indonesia memang sudah sangat mengakar dan menjadi tradisi. Tidak ada yang salah dengan menggabungkannya, justru ini memperkaya makna silaturahmi Idul Fitri. Namun, penting untuk memahami bahwa kedua frasa tersebut memiliki arti yang terpisah dan tidak saling menggantikan.

Permohonan maaf lahir dan batin sendiri adalah bagian dari anjuran Islam untuk saling memaafkan, terutama setelah Ramadan. Ini adalah momen untuk membersihkan diri dari kesalahan dan kekhilafan terhadap sesama manusia. Jadi, ketika kita mengucapkan atau menerima “Mohon maaf lahir dan batin”, kita sedang menjalankan anjuran untuk menjaga tali persaudaraan.

Sejarah munculnya frasa ini di Indonesia cukup menarik. Beberapa sumber menyebutkan bahwa frasa ini populer berkat seorang ulama bernama KH. Wahab Chasbullah. Beliau sering menggunakan ucapan ini untuk memberikan semangat kepada para santri dan umat Muslim setelah berjuang di bulan Ramadan, mengajak mereka untuk kembali fitrah dan meraih kemenangan.