Metode Pembelajaran Tradisional dan Modern di Pesantren: Harmoni Ilmu Agama

Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam tertua di Indonesia telah beradaptasi dengan zaman tanpa meninggalkan akar tradisi. Saat ini, banyak pesantren mengadopsi Metode Pembelajaran yang memadukan pendekatan tradisional dan modern, menciptakan harmoni dalam transfer ilmu agama dan pengetahuan umum. Kombinasi ini tidak hanya memperkaya pengalaman belajar santri, tetapi juga memastikan mereka siap menghadapi tantangan kontemporer dengan bekal yang komprehensif.

Metode Pembelajaran tradisional di pesantren identik dengan sistem bandongan dan sorogan. Dalam sistem bandongan, kiai atau ustadz membaca dan menerangkan kitab kuning, sementara santri menyimak dan membuat catatan. Ini melatih kemampuan mendengar aktif dan pemahaman tekstual. Sementara itu, sorogan adalah metode di mana santri secara individu membaca kitab di hadapan kiai untuk dikoreksi langsung, melatih ketelitian dan pemahaman personal. Tradisi hafalan Al-Quran dan hadis juga merupakan bagian integral dari metode tradisional ini, menanamkan kekuatan memori dan disiplin spiritual. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Agama RI pada 20 Juni 2025 menunjukkan bahwa 75% pesantren salafiyah masih aktif menggunakan kedua metode ini sebagai inti pengajaran agama.

Namun, seiring dengan tuntutan era modern, pesantren juga mengadopsi Metode Pembelajaran yang lebih inovatif. Banyak pesantren kini mengintegrasikan kurikulum pendidikan formal (seperti K-13 atau Kurikulum Merdeka) dengan pelajaran agama, menggunakan pendekatan berbasis proyek, diskusi kelompok, dan presentasi. Pembelajaran interaktif ini melatih kemampuan berpikir kritis, kolaborasi, dan komunikasi santri. Penggunaan teknologi, seperti laboratorium komputer, proyektor, hingga platform e-learning, juga mulai lazim ditemui. Ini bertujuan membekali santri dengan literasi digital yang kuat, penting untuk berdakwah di era digital atau berinterasi di dunia profesional.

Harmoni antara kedua Metode Pembelajaran ini menciptakan keunikan pesantren. Santri tidak hanya fasih membaca kitab kuning dan menghafal Al-Quran, tetapi juga mampu mengoperasikan komputer, berbicara bahasa asing, atau bahkan mengembangkan startup berbasis syariah. Transformasi ini menunjukkan bahwa pesantren tidak anti-kemajuan, melainkan adaptif dan progresif. Pada 14 Juni 2025, Pondok Pesantren Modern Daarul Hikmah di Jawa Barat menggelar open house yang menampilkan hasil karya santri dari berbagai bidang, mulai dari kaligrafi digital hingga prototipe aplikasi mobile.

Dengan demikian, Metode Pembelajaran di pesantren telah berevolusi menjadi sebuah sintesis yang kuat. Perpaduan antara kedalaman spiritual tradisional dan relevansi modern menghasilkan lulusan yang tidak hanya berakhlak mulia dan berilmu agama, tetapi juga berdaya saing global, siap menjadi agen perubahan di berbagai sektor kehidupan.