Pondok pesantren bukan hanya tempat menimba ilmu agama, tetapi juga kawah candradimuka bagi pembentukan jiwa sosial santri, termasuk dalam hal kepedulian terhadap lingkungan. Dengan nilai-nilai keislaman yang menekankan keseimbangan alam dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah fil ardhi (pemimpin di bumi), pesantren secara inheren menyiapkan generasi yang tidak hanya cerdas spiritual, tetapi juga peka terhadap isu-isu lingkungan. Proses pembentukan jiwa sosial ini merupakan bagian integral dari pendidikan holistik di pesantren.
Kurikulum dan kegiatan ekstrakurikuler di pesantren seringkali diintegrasikan dengan isu lingkungan. Misalnya, pengajian kitab-kitab klasik Islam yang membahas tentang kebersihan (thaharah), pentingnya menjaga alam, dan larangan merusak lingkungan, menjadi fondasi teologis bagi santri. Lebih dari sekadar teori, pesantren menerapkannya dalam praktik sehari-hari. Santri diajarkan untuk menjaga kebersihan lingkungan pesantren, mengelola sampah secara mandiri, hingga menanam pohon di area sekitar. Ini adalah bagian dari pembentukan jiwa sosial yang nyata.
Banyak pesantren telah mengembangkan program-program lingkungan yang inovatif. Misalnya, beberapa pesantren telah mengimplementasikan sistem pengelolaan sampah terpadu, di mana sampah organik diolah menjadi kompos atau biogas, dan sampah anorganik didaur ulang. Santri terlibat langsung dalam proses ini, mulai dari pemilahan sampah hingga pemasaran hasil daur ulang. Inisiatif seperti ini tidak hanya memberikan edukasi praktis tentang pengelolaan lingkungan, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kemandirian. Sebuah program pengelolaan limbah di Pesantren Nurul Iman, Jawa Barat, yang dimulai pada Januari 2025, berhasil mengurangi volume sampah hingga 70% dalam enam bulan.
Selain itu, pesantren juga sering mengadakan kegiatan bakti sosial yang melibatkan pembersihan lingkungan, penanaman mangrove di daerah pesisir, atau kampanye penyadaran tentang bahaya plastik. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan untuk memperkuat pembentukan jiwa sosial santri secara langsung, membuat mereka berinteraksi dengan masalah lingkungan nyata di masyarakat dan turut serta mencari solusinya. Para kyai dan ustaz berperan sebagai teladan dan motivator, menekankan bahwa menjaga lingkungan adalah bagian dari ibadah.
Dengan demikian, pesantren memainkan peran yang sangat signifikan dalam menyiapkan santri yang tidak hanya unggul dalam ilmu agama, tetapi juga memiliki kesadaran dan kepedulian tinggi terhadap lingkungan. Melalui kombinasi pendidikan nilai, praktik nyata, dan program inovatif, pesantren terus berkontribusi dalam melahirkan generasi yang bertanggung jawab terhadap alam dan masyarakat.